Saturday, June 30, 2012

FOLLOWERS


Pada suatu kesempatan ada seseorang yang berkata pada temannya,
“lihat tuh negeri ini semakin kacau, gak ada yang bener. Gimana masyarakatnya mau bener? Orang pemerintahannya aja amburadul!”
Pernahkah Anda mendengar keluhan yang mungkin hampir serupa dengan itu? Atau mungkin Anda pernah mengeluhkannya?
“untuk apa jadi orang jujur? Yang lain juga korupsi, kalo jujur nanti malah ga dapet apa-apa!”
Ada sebagian orang yang masih setia untuk mengikuti aliran tersebut, aliran “ikut-ikutan”. Memang untuk menjadi berbeda, banyak risiko yang harus diterima. Mungkin salah satunya akan dikucilkan. Tetapi apapun yang terjadi cobalah untuk tetap setia pada yang benar. Saya teringat akan perkataan seorang master coach, intinya beliau mengatakan:
“Jika kita harus berbeda, berbedalah dari mereka yang melemahkan kehidupan. Dan jika kita harus sama, samalah dengan mereka yang membaikan kehidupan.” (Mario Teguh)
Kecenderungan kita ketika kita menemukan orang memiliki pemikiran yang berbeda dari kita adalah kita memaksa mereka untuk berubah. Masalahnya, kita tidak bisa mengubah orang lain. Perubahan hanya bisa dilakukan oleh orang itu sendiri dan jika orang itu sendiri mau berubah. Disiplin dan peraturan mungkin bisa merubah seseorang dalam waktu singkat, tetapi itu hanya berlaku selama sanksi masih ada. Untuk jangka panjang, kita membutuhkan lebih dari disiplin dan peraturan.
Ada sebuah prinsip yang mungkin dapat kita pegang agar kita tidak terjebak dalam masalah di atas.
“Kita tidak dapat mengubah dunia, tetapi kita selalu dapat merubah diri kita.” (anonim)

Ada sebuah cerita yang sesuai dengan kutipan tersebut. Cerita tersebut mengenai seseorang yang menemukan anak gelandangan yang terlantar di jalanan. Dengan marah dan sedih ia berteriak pada Tuhan, “kenapa Kau biarkan hal ini terjadi? Kenapa tidak ada yang peduli? Kenapa Kau tidak berbuat sesuatu?” Tuhan menjawab, “Aku tidak berbuat apa-apa? Aku kan sudah menciptakanmu!”.
Ketika kita berusaha untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik, kita melakukannya bukan hanya supaya orang di sekeliling kita melihat dan tergerak untuk menjadi lebih baik, tetapi juga agar kita tidak terseret oleh orang-orang di sekitar kita menjadi lebih buruk.
Ada sebuah latihan sederhana yang mungkin dapat kita lakukan bersama. Taat pada lampu merah. Hampir di setiap kota, menerobos lampu merah bukanlah perkara aneh, bahkan terkadang ada yang menerobos secara beramai-ramai. Yuk kita latihan bersama-sama untuk taat pada lampu merah, meskipun yang lain menerobos, kita coba untuk tetap berhenti bahkan ketika jalanan kosong dan tengah malam pun, kita harus tetap berhenti dan berusaha tidak terpengaruh orang lain untuk menerobos. Mungkin pada awalnya akan seperti orang aneh dan tolol ketika kita berhenti, ada pengendara di sebelah yang menerobos, atau kendaraan lain yang di belakang kita yang ingin menerobos sibuk menekan klakson. Tetapi cobalah berusaha untuk tetap berhenti dan tidak menerobos.
Dengan melakukannya, secara tidak langsung kita telah mempengaruhi orang lain untuk taat berhenti saat lampu merah. Dan yang terpenting hal tersebut melatih integritas kita agar kita berani untuk memiliki prinsip sendiri, agar kita berani melihat ke kiri saat beribu-ribu orang lainnya melihat ke arah kanan, dan agar kita tidak hanya menjadi followers. Jika dalam hal kecil seperti lampu merah saja kita tidak dapat mempertahankan integritas, bagaimana dengan hal lain? Jika orang lain selingkuh, apa kita harus selingkuh? Jika orang lain korupsi, apa kita juga harus korupsi? Jika dalam hal kecil saja kita tidak setia, bagaimana kita bisa dipercaya untuk hal besar?
Bukanlah masalah jika orang lain bersikap tidak baik, itu urusan dan tanggung jawab mereka sendiri. Yang terpenting adalah tanggung jawab kita sendiri dengan Tuhan, jangan kecewa, dan berpaling. Tetap pegang standar yang kita miliki, bukan hanya demi supaya orang lain melihat dan tergerak tetapi pertama-tama lakukanlah agar kita tidak terbawa dengan pengaruh yang tidak baik tersebut. Seperti seseorang yang berusaha berenang melawan arus, kita berenang bukan hanya untuk menaklukkan sungai itu tapi pertama-tama agar kita sendiri tidak terbawa arus.
Begitu dulu ya sahabat inspirasi? Semoga catatan ini dapat membawa berkat bagi kita semua, agar kita selalu berani untuk setia pada yang benar, seperti yang telah Tuhan ajarkan pada kita. Teruslah setia pada yang benar, jangan terbawa oleh arus dunia yang semakin lama terasa semakin membenarkan yang salah. Satu-satunya yang benar adalah Tuhan kita, berpegang teguhlah padaNya.
Terimakasih dan Tuhan memberkati.
Salam Inspirasi,
D. Hendriyanto

No comments:

Post a Comment